From: Eza
Maaf ya selama ini aku ga bisa jagain kamu. Aku bukan pacar yg baik buat kamu, Nanda. Aku harap kamu bisa dapetin yg lebih baik lg dari aku. Thanks ya Nda buat semuanya. Aku ga bakalan lupain kenangan kita kok…
Deg… Jantungku serasa berhenti berdetak. Apa maksud dari sms ini? Aku tak bisa berpikir jernih dan aku sedikit shock. Apa ini artinya… Ah, ini pasti bercanda, batinku gusar. Secepat mungkin aku membalas sms Eza.
To: Eza
Maksud kamu apa Za? Aku ga ngerti.
Tak lama kemudian handphone-ku bergetar. Dengan perasaan risau, aku membuka pesan singkat itu. Dan isinya…
From: Eza
Maksudku, kita putus Nda. Maaf ya mungkin ini emang nyakitin kamu, tapi aku ga bisa terus2an sama kamu, karna aku ga mau bikin kamu repot. Maaf Nda, aku minta kamu jangan pernah hubungin aku lg.
Putus. Ya, aku dan Eza putus. Hubungan kami berakhir. Dan… Dia memintaku untuk tidak menghubunginya lagi. Aku benar-benar tak mengerti. Padahal, belum lama ini kami bertemu dan kami tidak ada masalah sama sekali, kecuali dia bersikap agak dingin dan sedikit tidak berstamina. Apa yang membuat dia seperti ini? Tidak terasa air mataku mengalir. Pikiranku berputar dan mengingat saat-saat ketika kami masih bersama. 2 tahun sudah aku menjalani hubungan yang menurutku sangat spesial ini. Kenapa tiba-tiba saja putus di tengah jalan? Begitu banyak kenangan yang terukir, namun kini berakhir sia-sia. Akhirnya aku tertidur karena kelelahan menangis.
***
Matahari telah menyingsing dari ufuk timur. Embun menetes dari pucuk dedaunan. Hari telah berganti pagi. Aku terbangun dengan mata yang sembab bekas menangis semalam. Segera aku mencuci mukaku di wastafel supaya Mama tidak curiga dengan apa yang aku alami tadi malam. Setelah itu, aku turun ke bawah menuju ruang makan. Ternyata Mama sudah menyiapkanku sepiring nasi goreng telur yang lezat.
“Selamat pagi, Sayang. Nih, Mama sudah bikin nasi goreng kesukaanmu,” sambut Mama sambil mengecup keningku.
“Makasih banget, Ma. Mama emang T.O.P deh!” kataku sambil mengacungkan kedua ibu jariku.
Lalu, aku sarapan untuk mengisi tenagaku yang terkuras akibat meluapkan emosi semalam. Di tengah-tengah sarapan, tiba-tiba handphone-ku bergetar. Ternyata sahabatku, Ayu, menelponku.
“Halo, Yu. Ada apaan? Pagi-pagi gini…” tanyaku.
“Lo nanti ada acara nggak? Gue pengen ke distronya Alin nih, pengen beli sesuatu buat Randy. Lo bisa nemenin gue dong?” kata Ayu sedikit merayu.
“Hmm… Kayaknya gue nggak kemana-mana. Iya deh nanti gue temenin lo.”
“Waaah, baik banget lo! Thanks a lot, yah!” kemudian Ayu menutup telpon.
Sebenarnya hari ini aku malas untuk meninggalkan rumah. Namun, aku tak bisa menolak ajakan sahabatku itu. Kemudian, aku bergegas mengambil handuk dan mandi. Setelah itu, aku berdandan untuk jaga-jaga kalau Ayu tiba-tiba muncul di depan pintu rumahku. Sembari menunggu Ayu, aku menonton TV di ruang tengah. Ada acara favoritku. Namun entah mengapa aku tidak mood menontonnya. Aku masih kepikiran dengan sms Eza. Aku tidak konsentrasi menikmati acara tersebut. Perasaan dan pikiranku benar-benar kacau.
Ting-tong! Terdengar suara bel berbunyi. Mungkin itu Ayu, pikirku. Kemudian, aku membuka pintu. Dan benar, Ayu sudah datang.
“Hey, Nda! Sudah siap, kan?” tanyanya.
“Sudah kok, yuk cabut sekarang,” ajakku. Lalu, aku berpamitan dengan Mama.
Di perjalanan, Ayu sedikit bingung dengan sikapku yang katanya tidak seperti biasanya. Aku memang belum menceritakan kejadian putusku dengan Eza kepadanya. Aku masih ingin memendamnya sendiri. Namun, sepertinya Ayu mengerti apa yang sedang aku rasakan.
“Nda? Lo nggak apa-apa kan? Gue lihat, lo lagi ada masalah. Sama Eza ya? Iya?” Ayu mendesakku untuk bercertita kepadanya. Tapi, aku masih kukuh dengan pendirianku tadi, aku belum mau menceritakan semuanya kepada siapapun, termasuk Ayu.
“Enggak kok, Yu. Gue sama Eza nggak ada masalah, gue cuma sedikit capek aja,” jawabku berdusta.
Lalu, aku menyetel radio yang ada di mobil Ayu. Tiba-tiba, radio itu memutarkan lagu kesukaanku dengan Eza. Secepat kilat aku segera mematikan radio itu. Apa-apaan sih ini, batinku. Perasaanku semakin kalut karena aku kembali teringat Eza. Sesampainya di tempat tujuan, aku dan Ayu turun dari mobil. Ayu ingin mencari kado untuk pacarnya.
“Nda, Randy bagusnya dikasih apaan ya? Jaket? Kemeja? Atau T-shirt? Kasih saran, dong!”
“Kalau kemeja aja gimana?” Aku teringat Eza lagi yang suka memakai kemeja.
“Oh, boleh juga! Bantuin nyari yang bagus dong, Nda, lo kan ngerti banget soal fashion cowok. Hehehe,”
“Apaan deh, Yu!” Aku memukul pelan lengan sahabatku itu. Ayu nyengir dan mengaduh kesakitan.
***
No comments:
Post a Comment