Sunday, April 8, 2012

Selamat Jalan, Nevita :')

Awal kenal sih dari twitter. Dia follow aku & aku folback dia. Dia adek kelasku SMP, baru kelas 7, namanya NevitaAnaknya ramah banget, baik, 'ngajeni' gitu kalo sama kakak kelas & alumni. Dia anaknya ga neko-neko, ga mecicil lah kayak adek-adek kelas yang lain. Aku lumayan deket sama dia, kadang aku sama dia suka mention-mentionan. Kalo aku ke SMP, kadang juga ketemu dia & dia pasti nyapa aku, "Mbak Bellaaaaa!" sambil dadah-dadahin aku.
Tapi sekarang, udah ga ada lagi yang nyapa aku kayak gitu, ga ada lagi yang ngeramein TL-ku, mentionku, sekarang Nevita udah dipanggil Allah karena kecelakaan. Shock banget sumpah demi apa aja, waktu aku tau dia udah ga ada. Semacam mimpi buruk, rasanya belum lama ini aku ketemu dia... Aku masih inget waktu dia ngucapin ulang tahun buat aku, ngucapin happy anniv buat aku & Dewo, tapi sekarang? :___(

Selamat jalan adek, tenang ya di sana, kita semua doain yang terbaik kok buat adek. Kita semua sayang sama adek karena adek orangnya baik :') adek baik-baik ya di surga, kalo udah saatnya nanti aku nyusul adek kok ke surga, tunggu aku ya sayang :---*

We ♥ you, Nevita Agnike Diah Hastantri :)

Monday, April 2, 2012

Random part 3

Ga bisa bobok.
Ditinggal Dewo bobok.
Ga ada yg ngucapin "met bobok sayaaang, have a nice dream :* loveyaaa<3" :( 
Kalo sebelum bobok ga diucapin kayak gitu bikin susah tidur lho wkwk
Alay? Mbok ben! :P
Aaaaaaaaa Dewo bangun toooo :(
Aku kan kesepian, temenin aku :(
Semoga dia kebangun wkwkwk amin :P
Aku sayaaaaaaaaaaang buangetttt sama Dewo :* wkwk

My Guardian Angel part. 2

Hari demi hari berlalu. Aku mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini, pasca aku putus dengan Eza. Aku mulai bisa mengontrol emosiku, dan yang terpenting, aku belum menceritakan kejadian itu ke siapapun. Aku berhasil memendamnya sendiri. Namun, entah mengapa hari itu perasaanku gelisah. Seperti ada pertanda buruk, tapi aku tak tahu. Tiba-tiba handphone-ku berdering. Ku lihat di screen benda kesayanganku terpampang nama sahabatku: Ayu. Kemudian aku mengangkat telpon dari Ayu.

“Nda, kita harus ketemu, Nda. Kita harus ke rumah Eza sekarang!”

“Kenapa sih, Yu? Eza kenapa?”

Aku menjadi panik saat Ayu memintaku untuk ke rumah Eza. Aku tak tahu apa yang terjadi.

“Udah lah, mendingan sekarang gue jemput lo dan kita ke rumah Eza sekarang, oke?”

Ayu menutup telpon. Perasaanku yang memang sedari tadi tidak enak, sekarang bertambah kacau. Perang batin menderaku. Eza kenapa? Eza baik-baik aja kan? Pertanyaan bertubi-tubi muncul di pikiranku. Tak lama kemudian, klakson mobil Ayu terdengar dari luar rumah. Segera aku berlari menuruni anak tangga dan berpamitan dengan Mama.

“Nda, buruan, Nda! Kita nggak punya banyak waktu!” seru Ayu.

“Ada apa sih?” aku bertambah panik.

“Nanti aja kalau udah sampai di rumah Eza!” kata Ayu sambil menyalakan mesin mobilnya. Lalu, mobil Ayu melesat dengan kecepatan tinggi. Tak lama, kami sampai di halaman rumah Eza. Kenapa rumah Eza sangat ramai? Kenapa ada bendera putih segala? Siapa yang meninggal? Perasaanku sangatlah risau. Apa maksudnya ini? Kemudian, Ayu menarik tanganku, pertanda ia menyuruhku masuk ke dalam rumah Eza.

“Nda, lo yang sabar ya… Gue nggak tega ngasih tahu lo soal ini. Tapi mau gimana lagi, semua udah terjadi. Eza udah nggak ada, Nda,” lirih Ayu sambil memelukku.

Kedua kakiku terasa lemas dan rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin. Namun apa daya, suaraku seperti tercekat di tenggorokan. Aku tak bisa berkata apapun. Aku hanya merasakan aliran hangat di pipiku. Aku tak percaya kalau Eza sudah tidak ada. Ia sudah pergi ke alam baka, alam yang tenang.

“Kenapa, Za? Kenapa secepat ini kamu pergi?” tangisku pecah. Ayu dan mamanya Eza memelukku.

“Nanda, maafkan semua kesalahan Eza, ya. Eza meninggal tadi malam, karena penyakitnya memang sudah parah,” kata mama Eza sambil menenangkanku.

“Sakit? Eza sakit apa, Tante? Kenapa Nanda nggak pernah diberitahu sama Eza?”

“Eza sudah lama mengidap leukemia dan dia meminta Tante untuk merahasiakan semua ini dari Nanda. Eza juga nggak mau dikemoterapi, makanya penyakit Eza sudah sangat parah. Sebelum meninggal, Eza titip ini ke Tante buat Nanda,” mama Eza menyodorkan sepucuk surat berwarna oranye dan memberikannya padaku.

Tubuhku gemetar setelah mendengar cerita dari mama Eza. Jadi ini alasannya Eza memutuskanku, batinku. Dalam kesedihan, aku membaca surat dari Alm. Eza…

Dear my Sweetheart, Nanda.         
2 tahun sudah kita mengukir kenangan yang takkan pernah bisa kulupakan. Banyak banget ya yang udah kita lakuin bersama, hahaha… Kamu pasti ingat dong, waktu aku nembak kamu? Kamu masih ingat juga kan waktu pertama kali kita nge-date? Terus ingat juga kan, waktu kita liburan kenaikan kelas ke Bali bareng Ayu dan Randy? Hmm… Terus apa lagi ya? Saking banyaknya aku sampai bingung nulisnya, bukan berarti aku lupa semuanya lho. Aku nggak bakalan lupa kok, Bey.
Oh iya, aku mau minta maaf soal kemarin, waktu aku minta putus sama kamu. Sebenarnya aku nggak bermaksud nyakitin hatimu, Nda, tapi aku punya alasan. Alasannya, aku nggak bisa bikin kamu bahagia selamanya, karena aku tahu, hidupku sudah tak lama lagi. Aku sakit, Nda… Dan aku sudah tak punya harapan hidup lagi. Aku sangat terpukul waktu dokter bilang kalau aku terkena leukemia. Kanker darah. Aku merasa useless banget. Merasa nggak berguna lagi buat kamu, Nda. Makanya aku nggak mau kalau kamu sampai tahu soal penyakitku ini. Aku nggak mau kamu malu punya pacar penyakitan kayak aku, Nanda.
Makasih banyak ya buat semuanya. Walaupun kita sudah nggak bersama, tapi sayang dan cintaku ke kamu nggak akan pernah putus. Aku tetap akan jaga kamu kok, walaupun suatu saat nanti aku dan kamu sudah berbeda dunia. Aku jadi akan jadi malaikatmu. I will be your guardian angel…

Love,
Eza Ardhana Putra


Air mataku menetes membasahi surat itu. Aku semakin menginginkan kehadiran Eza di sisiku. Sejujurnya, aku tak rela Eza pergi, apalagi untuk selama-lamanya. Namun, sekuat mungkin aku mengikhlaskan kepergiannya, karena aku tak mau dia tidak tenang di sana. Ternyata Eza juga memberiku sebuah CD. Aku penasaran, aku meminta izin kepada mama Eza untuk memutarnya. Kemudian, di layar TV terpampang wajah Eza yang ceria dan tak menunjukkan rasa sakitnya, hanya saja dia terlihat pucat.

“Hai Nanda, aku mau ngasih kenang-kenangan buat kamu. Aku mau nyanyiin lagu kesukaanmu, Sayang. Maaf ya kalau suaraku fals, tapi aku harap kamu suka.”

Terdengar petikan senar gitar Eza dan Eza mulai bernyanyi…

           
When I see your smile
Tears run down my face I can't replace
And now that I'm strong I have figured out
How this world turns cold and it breaks through my soul
And I know I'll find deep inside me I can be the one

I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven

It's okay. It's okay. It's okay.
Seasons are changing
And waves are crashing
And stars are falling all for us
Days grow longer and nights grow shorter
I can show you I'll be the one

I will never let you fall (let you fall)
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all (through it all)
Even if saving you sends me to heaven

Cuz you're my, you're my, my, my true love, my whole heart
Please don't throw that away
Cuz I'm here for you
Please don't walk away and
Please tell me you'll stay, stay

Use me as you will
Pull my strings just for a thrill
And I know I'll be okay
Though my skies are turning gray

I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven


            Aku semakin tak kuasa menahan tangis saat mendengar Eza menyanyikan lagu kesukaanku. Eza memang tahu bagaimana cara membuatku luluh kepadanya. Dan aku tak bisa berkata apapun, hanya air mata yang dapat mewakili seluruh perasaanku. Aku berkata lirih, “Selamat jalan, my guardian angel, semoga kamu benar-benar mendapat tempat paling nyaman untuk hidupmu yang abadi. I love you, forever…”

My Guardian Angel part. 1

              From: Eza
            Maaf ya selama ini aku ga bisa jagain kamu. Aku bukan pacar yg baik buat kamu, Nanda. Aku harap kamu bisa dapetin yg lebih baik lg dari aku. Thanks ya Nda buat semuanya. Aku ga bakalan lupain kenangan kita kok…

            Deg… Jantungku serasa berhenti berdetak. Apa maksud dari sms ini? Aku tak bisa berpikir jernih dan aku sedikit shock. Apa ini artinya… Ah, ini pasti bercanda, batinku gusar. Secepat mungkin aku membalas sms Eza.

             To: Eza
             Maksud kamu apa Za? Aku ga ngerti.

            Tak lama kemudian handphone-ku bergetar. Dengan perasaan risau, aku membuka pesan singkat itu. Dan isinya…

             From: Eza
            Maksudku, kita putus Nda. Maaf ya mungkin ini emang nyakitin kamu, tapi aku ga bisa terus2an sama kamu, karna aku ga mau bikin kamu repot. Maaf Nda, aku minta kamu jangan pernah hubungin aku lg.

            Putus. Ya, aku dan Eza putus. Hubungan kami berakhir. Dan… Dia memintaku untuk tidak menghubunginya lagi. Aku benar-benar tak mengerti. Padahal, belum lama ini kami bertemu dan kami tidak ada masalah sama sekali, kecuali dia bersikap agak dingin dan sedikit tidak berstamina. Apa yang membuat dia seperti ini? Tidak terasa air mataku mengalir. Pikiranku berputar dan mengingat saat-saat ketika kami masih bersama. 2 tahun sudah aku menjalani hubungan yang menurutku sangat spesial ini. Kenapa tiba-tiba saja putus di tengah jalan? Begitu banyak kenangan yang terukir, namun kini berakhir sia-sia. Akhirnya aku tertidur karena kelelahan menangis.

***

               Matahari telah menyingsing dari ufuk timur. Embun menetes dari pucuk dedaunan. Hari telah berganti pagi. Aku terbangun dengan mata yang sembab bekas menangis semalam. Segera aku mencuci mukaku di wastafel supaya Mama tidak curiga dengan apa yang aku alami tadi malam. Setelah itu, aku turun ke bawah menuju ruang makan. Ternyata Mama sudah menyiapkanku sepiring nasi goreng telur yang lezat.

            “Selamat pagi, Sayang. Nih, Mama sudah bikin nasi goreng kesukaanmu,” sambut Mama sambil mengecup keningku.

            “Makasih banget, Ma. Mama emang T.O.P deh!” kataku sambil mengacungkan kedua ibu jariku.

            Lalu, aku sarapan untuk mengisi tenagaku yang terkuras akibat meluapkan emosi semalam. Di tengah-tengah sarapan, tiba-tiba handphone-ku bergetar. Ternyata sahabatku, Ayu, menelponku.

             “Halo, Yu. Ada apaan? Pagi-pagi gini…” tanyaku.

           “Lo nanti ada acara nggak? Gue pengen ke distronya Alin nih, pengen beli sesuatu buat Randy. Lo bisa nemenin gue dong?” kata Ayu sedikit merayu.

            “Hmm… Kayaknya gue nggak kemana-mana. Iya deh nanti gue temenin lo.”

            “Waaah, baik banget lo! Thanks a lot, yah!” kemudian Ayu menutup telpon.

         Sebenarnya hari ini aku malas untuk meninggalkan rumah. Namun, aku tak bisa menolak ajakan sahabatku itu. Kemudian, aku bergegas mengambil handuk dan mandi. Setelah itu, aku berdandan untuk jaga-jaga kalau Ayu tiba-tiba muncul di depan pintu rumahku. Sembari menunggu Ayu, aku menonton TV di ruang tengah. Ada acara favoritku. Namun entah mengapa aku tidak mood menontonnya. Aku masih kepikiran dengan sms Eza. Aku tidak konsentrasi menikmati acara tersebut. Perasaan dan pikiranku benar-benar kacau.

            Ting-tong! Terdengar suara bel berbunyi. Mungkin itu Ayu, pikirku. Kemudian, aku membuka pintu. Dan benar, Ayu sudah datang.

            “Hey, Nda! Sudah siap, kan?” tanyanya.

            “Sudah kok, yuk cabut sekarang,” ajakku. Lalu, aku berpamitan dengan Mama.

            Di perjalanan, Ayu sedikit bingung dengan sikapku yang katanya tidak seperti biasanya. Aku memang belum menceritakan kejadian putusku dengan Eza kepadanya. Aku masih ingin memendamnya sendiri. Namun, sepertinya Ayu mengerti apa yang sedang aku rasakan.

        “Nda? Lo nggak apa-apa kan? Gue lihat, lo lagi ada masalah. Sama Eza ya? Iya?” Ayu mendesakku untuk bercertita kepadanya. Tapi, aku masih kukuh dengan pendirianku tadi, aku belum mau menceritakan semuanya kepada siapapun, termasuk Ayu.

            “Enggak kok, Yu. Gue sama Eza nggak ada masalah, gue cuma sedikit capek aja,” jawabku berdusta.

Lalu, aku menyetel radio yang ada di mobil Ayu. Tiba-tiba, radio itu memutarkan lagu kesukaanku dengan Eza. Secepat kilat aku segera mematikan radio itu. Apa-apaan sih ini, batinku. Perasaanku semakin kalut karena aku kembali teringat Eza. Sesampainya di tempat tujuan, aku dan Ayu turun dari mobil. Ayu ingin mencari kado untuk pacarnya.

“Nda, Randy bagusnya dikasih apaan ya? Jaket? Kemeja? Atau T-shirt? Kasih saran, dong!”

“Kalau kemeja aja gimana?” Aku teringat Eza lagi yang suka memakai kemeja.

“Oh, boleh juga! Bantuin nyari yang bagus dong, Nda, lo kan ngerti banget soal fashion cowok. Hehehe,”

“Apaan deh, Yu!” Aku memukul pelan lengan sahabatku itu. Ayu nyengir dan mengaduh kesakitan.

***

Saturday, March 31, 2012

Beautiful Night - March 31th, 2012

Hari ini, aku sama Dewo jalan2. Niatnya sih aku mau ke Amplaz buat beli dompet. Tapiiiiii.. Jalannya macet banget gilaaa! Sampe ga kebagian tempat parkir -_- akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke daerah Malioboro. Aku minta ke mall nya, tapi ya sama aja ramenya. Ya udah akhirnya kita ke Alun-Alun Nganjuk #salah Alun-Alun Kidul a.k.a ALKID. Di sana sih cuma numpang duduk aja, sambil cerita2, curhat2an tentang mantan wakaka. Terus di sana banyak yg jual mawar, nah ada yg nawarin gini "Mas, mawarnya, mas. Buat cewenya," tapi kita ga beli. Dewo bilang, "Kalo aku bawa duit udah tak beliin," haha apa banget deh ._. Kita ngobrol2, dia bilang, "Kita tu kalo siang sukanya berantem tapi kalo malem mesra2an" wkwk malah kaya apaaaaaaa gitu =)) tapi emang bener sih, kita kalo siang lebih sering berantem :D oh iya, ada kata2 yg bikin aku melting, masa Dewo bilang "Beb gimana ya rasanya kalo nanti kita udah nikah, udah tua gitu, kita dateng ke tempat ini lagi sama anak2 kita, ke tempat pertama kita nge-date" intinya sih gituuuu... Bikin aku terharu u_u terus dia nyanyiin lagu 'Begitu Indah'-nya Padi. Ngefly (dikit) sih, tapi suara dia fals abis =)) biarpun begitu tetep so sweet kok <3 ah, pokoknya aku sayang biyaaaaaaaaaangeeeeeeeeeeeeettttttttttt sama Dewo.. <33333 ({})

Sunday, April 8, 2012

Selamat Jalan, Nevita :')

Awal kenal sih dari twitter. Dia follow aku & aku folback dia. Dia adek kelasku SMP, baru kelas 7, namanya NevitaAnaknya ramah banget, baik, 'ngajeni' gitu kalo sama kakak kelas & alumni. Dia anaknya ga neko-neko, ga mecicil lah kayak adek-adek kelas yang lain. Aku lumayan deket sama dia, kadang aku sama dia suka mention-mentionan. Kalo aku ke SMP, kadang juga ketemu dia & dia pasti nyapa aku, "Mbak Bellaaaaa!" sambil dadah-dadahin aku.
Tapi sekarang, udah ga ada lagi yang nyapa aku kayak gitu, ga ada lagi yang ngeramein TL-ku, mentionku, sekarang Nevita udah dipanggil Allah karena kecelakaan. Shock banget sumpah demi apa aja, waktu aku tau dia udah ga ada. Semacam mimpi buruk, rasanya belum lama ini aku ketemu dia... Aku masih inget waktu dia ngucapin ulang tahun buat aku, ngucapin happy anniv buat aku & Dewo, tapi sekarang? :___(

Selamat jalan adek, tenang ya di sana, kita semua doain yang terbaik kok buat adek. Kita semua sayang sama adek karena adek orangnya baik :') adek baik-baik ya di surga, kalo udah saatnya nanti aku nyusul adek kok ke surga, tunggu aku ya sayang :---*

We ♥ you, Nevita Agnike Diah Hastantri :)

Monday, April 2, 2012

Random part 3

Ga bisa bobok.
Ditinggal Dewo bobok.
Ga ada yg ngucapin "met bobok sayaaang, have a nice dream :* loveyaaa<3" :( 
Kalo sebelum bobok ga diucapin kayak gitu bikin susah tidur lho wkwk
Alay? Mbok ben! :P
Aaaaaaaaa Dewo bangun toooo :(
Aku kan kesepian, temenin aku :(
Semoga dia kebangun wkwkwk amin :P
Aku sayaaaaaaaaaaang buangetttt sama Dewo :* wkwk

My Guardian Angel part. 2

Hari demi hari berlalu. Aku mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini, pasca aku putus dengan Eza. Aku mulai bisa mengontrol emosiku, dan yang terpenting, aku belum menceritakan kejadian itu ke siapapun. Aku berhasil memendamnya sendiri. Namun, entah mengapa hari itu perasaanku gelisah. Seperti ada pertanda buruk, tapi aku tak tahu. Tiba-tiba handphone-ku berdering. Ku lihat di screen benda kesayanganku terpampang nama sahabatku: Ayu. Kemudian aku mengangkat telpon dari Ayu.

“Nda, kita harus ketemu, Nda. Kita harus ke rumah Eza sekarang!”

“Kenapa sih, Yu? Eza kenapa?”

Aku menjadi panik saat Ayu memintaku untuk ke rumah Eza. Aku tak tahu apa yang terjadi.

“Udah lah, mendingan sekarang gue jemput lo dan kita ke rumah Eza sekarang, oke?”

Ayu menutup telpon. Perasaanku yang memang sedari tadi tidak enak, sekarang bertambah kacau. Perang batin menderaku. Eza kenapa? Eza baik-baik aja kan? Pertanyaan bertubi-tubi muncul di pikiranku. Tak lama kemudian, klakson mobil Ayu terdengar dari luar rumah. Segera aku berlari menuruni anak tangga dan berpamitan dengan Mama.

“Nda, buruan, Nda! Kita nggak punya banyak waktu!” seru Ayu.

“Ada apa sih?” aku bertambah panik.

“Nanti aja kalau udah sampai di rumah Eza!” kata Ayu sambil menyalakan mesin mobilnya. Lalu, mobil Ayu melesat dengan kecepatan tinggi. Tak lama, kami sampai di halaman rumah Eza. Kenapa rumah Eza sangat ramai? Kenapa ada bendera putih segala? Siapa yang meninggal? Perasaanku sangatlah risau. Apa maksudnya ini? Kemudian, Ayu menarik tanganku, pertanda ia menyuruhku masuk ke dalam rumah Eza.

“Nda, lo yang sabar ya… Gue nggak tega ngasih tahu lo soal ini. Tapi mau gimana lagi, semua udah terjadi. Eza udah nggak ada, Nda,” lirih Ayu sambil memelukku.

Kedua kakiku terasa lemas dan rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin. Namun apa daya, suaraku seperti tercekat di tenggorokan. Aku tak bisa berkata apapun. Aku hanya merasakan aliran hangat di pipiku. Aku tak percaya kalau Eza sudah tidak ada. Ia sudah pergi ke alam baka, alam yang tenang.

“Kenapa, Za? Kenapa secepat ini kamu pergi?” tangisku pecah. Ayu dan mamanya Eza memelukku.

“Nanda, maafkan semua kesalahan Eza, ya. Eza meninggal tadi malam, karena penyakitnya memang sudah parah,” kata mama Eza sambil menenangkanku.

“Sakit? Eza sakit apa, Tante? Kenapa Nanda nggak pernah diberitahu sama Eza?”

“Eza sudah lama mengidap leukemia dan dia meminta Tante untuk merahasiakan semua ini dari Nanda. Eza juga nggak mau dikemoterapi, makanya penyakit Eza sudah sangat parah. Sebelum meninggal, Eza titip ini ke Tante buat Nanda,” mama Eza menyodorkan sepucuk surat berwarna oranye dan memberikannya padaku.

Tubuhku gemetar setelah mendengar cerita dari mama Eza. Jadi ini alasannya Eza memutuskanku, batinku. Dalam kesedihan, aku membaca surat dari Alm. Eza…

Dear my Sweetheart, Nanda.         
2 tahun sudah kita mengukir kenangan yang takkan pernah bisa kulupakan. Banyak banget ya yang udah kita lakuin bersama, hahaha… Kamu pasti ingat dong, waktu aku nembak kamu? Kamu masih ingat juga kan waktu pertama kali kita nge-date? Terus ingat juga kan, waktu kita liburan kenaikan kelas ke Bali bareng Ayu dan Randy? Hmm… Terus apa lagi ya? Saking banyaknya aku sampai bingung nulisnya, bukan berarti aku lupa semuanya lho. Aku nggak bakalan lupa kok, Bey.
Oh iya, aku mau minta maaf soal kemarin, waktu aku minta putus sama kamu. Sebenarnya aku nggak bermaksud nyakitin hatimu, Nda, tapi aku punya alasan. Alasannya, aku nggak bisa bikin kamu bahagia selamanya, karena aku tahu, hidupku sudah tak lama lagi. Aku sakit, Nda… Dan aku sudah tak punya harapan hidup lagi. Aku sangat terpukul waktu dokter bilang kalau aku terkena leukemia. Kanker darah. Aku merasa useless banget. Merasa nggak berguna lagi buat kamu, Nda. Makanya aku nggak mau kalau kamu sampai tahu soal penyakitku ini. Aku nggak mau kamu malu punya pacar penyakitan kayak aku, Nanda.
Makasih banyak ya buat semuanya. Walaupun kita sudah nggak bersama, tapi sayang dan cintaku ke kamu nggak akan pernah putus. Aku tetap akan jaga kamu kok, walaupun suatu saat nanti aku dan kamu sudah berbeda dunia. Aku jadi akan jadi malaikatmu. I will be your guardian angel…

Love,
Eza Ardhana Putra


Air mataku menetes membasahi surat itu. Aku semakin menginginkan kehadiran Eza di sisiku. Sejujurnya, aku tak rela Eza pergi, apalagi untuk selama-lamanya. Namun, sekuat mungkin aku mengikhlaskan kepergiannya, karena aku tak mau dia tidak tenang di sana. Ternyata Eza juga memberiku sebuah CD. Aku penasaran, aku meminta izin kepada mama Eza untuk memutarnya. Kemudian, di layar TV terpampang wajah Eza yang ceria dan tak menunjukkan rasa sakitnya, hanya saja dia terlihat pucat.

“Hai Nanda, aku mau ngasih kenang-kenangan buat kamu. Aku mau nyanyiin lagu kesukaanmu, Sayang. Maaf ya kalau suaraku fals, tapi aku harap kamu suka.”

Terdengar petikan senar gitar Eza dan Eza mulai bernyanyi…

           
When I see your smile
Tears run down my face I can't replace
And now that I'm strong I have figured out
How this world turns cold and it breaks through my soul
And I know I'll find deep inside me I can be the one

I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven

It's okay. It's okay. It's okay.
Seasons are changing
And waves are crashing
And stars are falling all for us
Days grow longer and nights grow shorter
I can show you I'll be the one

I will never let you fall (let you fall)
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all (through it all)
Even if saving you sends me to heaven

Cuz you're my, you're my, my, my true love, my whole heart
Please don't throw that away
Cuz I'm here for you
Please don't walk away and
Please tell me you'll stay, stay

Use me as you will
Pull my strings just for a thrill
And I know I'll be okay
Though my skies are turning gray

I will never let you fall
I'll stand up with you forever
I'll be there for you through it all
Even if saving you sends me to heaven


            Aku semakin tak kuasa menahan tangis saat mendengar Eza menyanyikan lagu kesukaanku. Eza memang tahu bagaimana cara membuatku luluh kepadanya. Dan aku tak bisa berkata apapun, hanya air mata yang dapat mewakili seluruh perasaanku. Aku berkata lirih, “Selamat jalan, my guardian angel, semoga kamu benar-benar mendapat tempat paling nyaman untuk hidupmu yang abadi. I love you, forever…”

My Guardian Angel part. 1

              From: Eza
            Maaf ya selama ini aku ga bisa jagain kamu. Aku bukan pacar yg baik buat kamu, Nanda. Aku harap kamu bisa dapetin yg lebih baik lg dari aku. Thanks ya Nda buat semuanya. Aku ga bakalan lupain kenangan kita kok…

            Deg… Jantungku serasa berhenti berdetak. Apa maksud dari sms ini? Aku tak bisa berpikir jernih dan aku sedikit shock. Apa ini artinya… Ah, ini pasti bercanda, batinku gusar. Secepat mungkin aku membalas sms Eza.

             To: Eza
             Maksud kamu apa Za? Aku ga ngerti.

            Tak lama kemudian handphone-ku bergetar. Dengan perasaan risau, aku membuka pesan singkat itu. Dan isinya…

             From: Eza
            Maksudku, kita putus Nda. Maaf ya mungkin ini emang nyakitin kamu, tapi aku ga bisa terus2an sama kamu, karna aku ga mau bikin kamu repot. Maaf Nda, aku minta kamu jangan pernah hubungin aku lg.

            Putus. Ya, aku dan Eza putus. Hubungan kami berakhir. Dan… Dia memintaku untuk tidak menghubunginya lagi. Aku benar-benar tak mengerti. Padahal, belum lama ini kami bertemu dan kami tidak ada masalah sama sekali, kecuali dia bersikap agak dingin dan sedikit tidak berstamina. Apa yang membuat dia seperti ini? Tidak terasa air mataku mengalir. Pikiranku berputar dan mengingat saat-saat ketika kami masih bersama. 2 tahun sudah aku menjalani hubungan yang menurutku sangat spesial ini. Kenapa tiba-tiba saja putus di tengah jalan? Begitu banyak kenangan yang terukir, namun kini berakhir sia-sia. Akhirnya aku tertidur karena kelelahan menangis.

***

               Matahari telah menyingsing dari ufuk timur. Embun menetes dari pucuk dedaunan. Hari telah berganti pagi. Aku terbangun dengan mata yang sembab bekas menangis semalam. Segera aku mencuci mukaku di wastafel supaya Mama tidak curiga dengan apa yang aku alami tadi malam. Setelah itu, aku turun ke bawah menuju ruang makan. Ternyata Mama sudah menyiapkanku sepiring nasi goreng telur yang lezat.

            “Selamat pagi, Sayang. Nih, Mama sudah bikin nasi goreng kesukaanmu,” sambut Mama sambil mengecup keningku.

            “Makasih banget, Ma. Mama emang T.O.P deh!” kataku sambil mengacungkan kedua ibu jariku.

            Lalu, aku sarapan untuk mengisi tenagaku yang terkuras akibat meluapkan emosi semalam. Di tengah-tengah sarapan, tiba-tiba handphone-ku bergetar. Ternyata sahabatku, Ayu, menelponku.

             “Halo, Yu. Ada apaan? Pagi-pagi gini…” tanyaku.

           “Lo nanti ada acara nggak? Gue pengen ke distronya Alin nih, pengen beli sesuatu buat Randy. Lo bisa nemenin gue dong?” kata Ayu sedikit merayu.

            “Hmm… Kayaknya gue nggak kemana-mana. Iya deh nanti gue temenin lo.”

            “Waaah, baik banget lo! Thanks a lot, yah!” kemudian Ayu menutup telpon.

         Sebenarnya hari ini aku malas untuk meninggalkan rumah. Namun, aku tak bisa menolak ajakan sahabatku itu. Kemudian, aku bergegas mengambil handuk dan mandi. Setelah itu, aku berdandan untuk jaga-jaga kalau Ayu tiba-tiba muncul di depan pintu rumahku. Sembari menunggu Ayu, aku menonton TV di ruang tengah. Ada acara favoritku. Namun entah mengapa aku tidak mood menontonnya. Aku masih kepikiran dengan sms Eza. Aku tidak konsentrasi menikmati acara tersebut. Perasaan dan pikiranku benar-benar kacau.

            Ting-tong! Terdengar suara bel berbunyi. Mungkin itu Ayu, pikirku. Kemudian, aku membuka pintu. Dan benar, Ayu sudah datang.

            “Hey, Nda! Sudah siap, kan?” tanyanya.

            “Sudah kok, yuk cabut sekarang,” ajakku. Lalu, aku berpamitan dengan Mama.

            Di perjalanan, Ayu sedikit bingung dengan sikapku yang katanya tidak seperti biasanya. Aku memang belum menceritakan kejadian putusku dengan Eza kepadanya. Aku masih ingin memendamnya sendiri. Namun, sepertinya Ayu mengerti apa yang sedang aku rasakan.

        “Nda? Lo nggak apa-apa kan? Gue lihat, lo lagi ada masalah. Sama Eza ya? Iya?” Ayu mendesakku untuk bercertita kepadanya. Tapi, aku masih kukuh dengan pendirianku tadi, aku belum mau menceritakan semuanya kepada siapapun, termasuk Ayu.

            “Enggak kok, Yu. Gue sama Eza nggak ada masalah, gue cuma sedikit capek aja,” jawabku berdusta.

Lalu, aku menyetel radio yang ada di mobil Ayu. Tiba-tiba, radio itu memutarkan lagu kesukaanku dengan Eza. Secepat kilat aku segera mematikan radio itu. Apa-apaan sih ini, batinku. Perasaanku semakin kalut karena aku kembali teringat Eza. Sesampainya di tempat tujuan, aku dan Ayu turun dari mobil. Ayu ingin mencari kado untuk pacarnya.

“Nda, Randy bagusnya dikasih apaan ya? Jaket? Kemeja? Atau T-shirt? Kasih saran, dong!”

“Kalau kemeja aja gimana?” Aku teringat Eza lagi yang suka memakai kemeja.

“Oh, boleh juga! Bantuin nyari yang bagus dong, Nda, lo kan ngerti banget soal fashion cowok. Hehehe,”

“Apaan deh, Yu!” Aku memukul pelan lengan sahabatku itu. Ayu nyengir dan mengaduh kesakitan.

***

Saturday, March 31, 2012

Beautiful Night - March 31th, 2012

Hari ini, aku sama Dewo jalan2. Niatnya sih aku mau ke Amplaz buat beli dompet. Tapiiiiii.. Jalannya macet banget gilaaa! Sampe ga kebagian tempat parkir -_- akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke daerah Malioboro. Aku minta ke mall nya, tapi ya sama aja ramenya. Ya udah akhirnya kita ke Alun-Alun Nganjuk #salah Alun-Alun Kidul a.k.a ALKID. Di sana sih cuma numpang duduk aja, sambil cerita2, curhat2an tentang mantan wakaka. Terus di sana banyak yg jual mawar, nah ada yg nawarin gini "Mas, mawarnya, mas. Buat cewenya," tapi kita ga beli. Dewo bilang, "Kalo aku bawa duit udah tak beliin," haha apa banget deh ._. Kita ngobrol2, dia bilang, "Kita tu kalo siang sukanya berantem tapi kalo malem mesra2an" wkwk malah kaya apaaaaaaa gitu =)) tapi emang bener sih, kita kalo siang lebih sering berantem :D oh iya, ada kata2 yg bikin aku melting, masa Dewo bilang "Beb gimana ya rasanya kalo nanti kita udah nikah, udah tua gitu, kita dateng ke tempat ini lagi sama anak2 kita, ke tempat pertama kita nge-date" intinya sih gituuuu... Bikin aku terharu u_u terus dia nyanyiin lagu 'Begitu Indah'-nya Padi. Ngefly (dikit) sih, tapi suara dia fals abis =)) biarpun begitu tetep so sweet kok <3 ah, pokoknya aku sayang biyaaaaaaaaaangeeeeeeeeeeeeettttttttttt sama Dewo.. <33333 ({})